Entri Populer

Minggu, 29 November 2015

Ngarang Fanfic

Saya lagi iseng. Kalau lagi iseng kayak gini, sukanya ngarang cerita. Sayangnya, gak pernah tamat. Dari hari Sabtu malam yang gerimis kemarin (saya gak terlalu yakin kalau gerimis ini adalah tangisan para jomblo di malam minggu. Lagipula bagi kaum jomblo, gak ada istilah malam minggu). saya pengen ngarang cerita sampai tamat. Dan Senin pagi yang juga hujan ini akhirnya berhasil saya tamatkan. Hore!!! *lebay*
Anyway, balik lagi soal ngarang mengarang, saya juga suka melakukan sesuatu yang menginspirasi saya untuk mengarang. Salah satunya dengan membaca. Akhir- akhir ini, saya suka baca fanfic Daniel Padilla.  Buat yang gak tahu, dia adalah aktor dan penyanyi kece dari Filipina dan buat yang penasaran, silakan googling. Kebanyakan ceritanya ditulis dengan bahasa Tagalog dan Inggris. Jadi kepikiran pengen ngarang fanfic tentang dia dalam bahasa Indonesia. Untuk postingan kali ini, saya pengen ngarang fanfic tentang pacar (delusi) saya itu.
Kalau ceritanya garing dan alurnya ngaco, maaf- maaf aja. Masih amatiran ahayyy. So, check it down.
Disclaimer: fanfic ini hanya imajinasi belaka.
Hujan Bikin Baper
Hujan selalu datang di saat tak tepat.  Hari ini, karena keributan yang sengaja diciptakan Daniel, musuh abadiku sepanjang masa, aku terpaksa pulang telat karena dihukum membersihkan toilet.  Iya, Daniel Padilla. Cowok (sok) cakep, penyanyi dan aktor terkenal itu. Panjang ceritanya, tapi aku ringkas aja deh biar kamu ngerti kenapa aku benci banget sama mahluk yang digila- gilai cewek- cewek  se- Filipina itu.  Tadi pagi, pas ujian biologi, si kampret itu gangguin aku. Aku tahu persis, dia cuma niat gangguin aku doang. Soal Biologi buat dia mah kecil. Lebih gampang daripada ngerayu cewek- cewek. (soal ngerayu cewek, dia mah gak butuh usaha. Dikasih senyuman aja, udah pada melting.) Entah cewek- cewek emang gampang dibego- begoin atau si Daniel aja yang kelewat cerdas dalam menggombal -_-)
Ah, ngeselin banget, kan? Hujan, tolonglah cepat berhenti!!!! Aku lapar dan kedinginan, teriakku pada hujan. Sebodo amat ada yang bilang aku gila. Toh, anak- anak sekolahan sini udah pada bubar dari dua jam yang lalu.
“Cewek aneh! Ngapain teriak- teriak sama hujan, emang dia ngerti!” dia duduk di sebalahku. Aaaargh, ngapain sih siluman kampret ini datang kemari. Bikin tambah bete aja?!!!!
“Berisik! Mendingan kamu diam, atau pergi dari sini!” desisku. Sekilas, aku lihat dia tersenyum. Manis juga. Aaaargh, apa sih yang kupikirkan? Hujan bikin aku makin frustasi.
Dia mengabaikan peringatanku. Malah mengeluarkan gitar dari sarungnya dan bernyanyi. Kalau gak salah, judulnya ‘Prinsesa’.
“Dalhin mo ako sa iyong palasyo
Maglakad tayo
Sa hardin ng ‘yong kaharian
Wala man akong pag-aari
Pangako kong habang buhay
Kitang pagsisilbihan
O aking prinsesa ah
Prinsesa, prinsesa, prinsesa
Prinsesa, prinsesa, prinsesa.”
Sebenarnya, liriknya manis banget. Tentang seseorang yang begitu memuja seseorang yang dicintainya. Dia bilang kalau dia jomblo dan ingin memiliki dan menyenangkan cewek itu. Sweet sih, tapi penuh dengan modus. Pasti penuh modus. *tersenyum sinis*
“Dingin ya?” seru Daniel. Dia berhenti bernyanyi dan meletakkan gitarnya di lantai.
Aku hanya mendelik. Dia hanya mencoba menggodaku. Hujan begini, mana mungkin aku tidak kedinginan? Kecuali aku berada di ruangan yang ada mesin pemanasnya. Kenyataannya, aku dan dia berada di bangku panjang di depan kelas. 
“Pakai jaketku,” dia melepas jaketnya dan dia benar- benar memakaikan jaketnya padaku. Aku mengiyakan saja diperlakukan seperti itu. Udara terlalu dingin dan aku sedang tidak ingin berkonfrontasi. Bukan karena aku senang diperlakukan seperti itu olehnya. Aku kedinginan dan lapar. Sudah kubilang, kan?
“Masih kedinginan juga, ya?” dia menatapku dengan lembut. Ah, ini pasti halusinasiku karena kelewat frustasi sama hujan.
Kemudian, dia melepaskan kemejanya. O My God….. body-nya itu loh kotak- kotak, OMG, OMG, melihatnya seperti itu, membuatku sesak nafas. Padahal, bukan sekali dua kali, aku melihatnya bertelanjang dada dan baru kali ini aku merasa sesak nafas. (pas pelajaran renang. Jangan mikir mesum!!!!)
“Mau ngapain?” teriakku galak.
“Santai napa,” dia masih tersenyum dan sepertinya aku kembali terhipnotis. “Body heat, biar kamu gak kedinginan lagi. Kan repot kalau kamu sakit. Ingatkan kalau besok kita ada presentasi? Aku gak mau dapat nilai jelek karena kamu sakit,” dan dia memelukku.
OMG, OMG, aku merutuk dalam hati. Tapi cuma sesaat. Setelahnya aku merasa hangat.
Sayup- sayup, kudengar dia bernyanyi lagi. Kalau tidak salah, judulnya It Might Be You.” Suaranya yang begitu lembut membuatku merasa tenang. Seperti zat theanine yang memacu kerja otak jadi lebih rileks.
It’s you, it’s you
I’ve been waiting for all of my life
Maybe it’s you (it’s you), maybe it’s you (it’s you)
I’ve been waiting for you all of my life
Maybe it’s you, maybe it’s you
I’ve been waiting for all of my life
Kira- kira dua jam kemudian, aku terbangun. Dan di sebelahku Daniel juga tertidur dan masih memelukku.
OMG, rutukku lagi. Aku berusaha melepaskan diri dari pelukannya. Kan gawat kalau ada yang lihat. Bisa jadi gosip besar, nih. Tahukan kalau cowok di sebelahku ini adalah artis terkenal???
“Hey, kenapa,” dia terbangun juga tapi tidak berusaha melepaskan pelukannya. Malah mempererat pelukannya. Sesak nafas nih, sesak nafas!!!!
“Lepasin!” teriakku. Badanku masih sibuk memberontak.
“Iya, iya,” akhirnya dia mau juga melepaskan pelukannya.
“Sorry- sorry,” katanya penuh penyesalan. Sepertinya dia tidak sedang cari gara- gara denganku. “Kalau baru bangun tidur, aku suka ngaco.”  
“Gak apa- apa,” sahutku pelan. Entah karena feromonnya yang kelewat dahsyat atau efek bangun tidur, aku merasa aman dengannya.
“Hujannya sudah reda, ayo pulang,” dia memakai kemejanya, berdiri dan membantuku berdiri. Kami berjalan pelan ke parkiran.
“Baby, you don't have to worry.
'Coz there ain't no need to hurry.
No one ever said that there's an easy way.
When they're closing all the doors.
And they don't want you anymore.
This sound funny but I'll say it anyway.”
Lagi- lagi dia bernyanyi. Judulnya “With a Smile”. OMG, sepertinya feromonnya benar- benar merasuk ke seluruh sel- sel di otakku.
*Sepertinya, aku terbawa perasaan, haduh*

-Terpaksa ditamatkan, gak ada ide lagi, soalnya-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar